Moslemotivasi: Berani Kaya, Berani Takwa
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Al-Hakim diceritakan: Suatu ketika Nabi Muhammad Saw memanggil ‘Amar bin Ash. Beliau bermaksud menyuruhnya memakai baju besi dan membawa senjata. Ketika ‘Amar sudah datang, Nabi menatapnya dan berkata, “Aku mengutusmu pergi berekspedisi di mana kau akan mendapatkan banyak harta rampasan, dan kau akan kembali dengan selamat, kuharap kau kembali membawa banyak harta (harta rampasan itu).”
‘Amar menjawab, “Wahai Rasulullah! Aku memeluk Islam bukan untuk memperkaya diri! Melainkan, karena semangat mulia Islam!”
Nabi menjawab, “O ‘Amar! Sungguh terpuji, harta yang suci itu bagi orang-orang yang saleh!”
Kemudian dalam hadis yang lain Rasulullah juga bersabda, “Tidak ada madarat (kerusakan, bahaya) dalam harta bagi mereka yang bertakwa.” (HR. Ibnu Majjah)
Apa yang bisa kita ambil dari dua hadis di atas? Sesungguhnya Rasulullah Saw tidak merasa tabu jika ngomong soal harta, uang, atau duit! Ini perting sekali karena kebanyakan kita masih merasa tabu ngomong soal uang, atau paling tidak kita merasa risih dan merasa tidak etis jika ngomong soal duit. Kita takut dicap materialistik. Lebih merasa tabu lagi kalau soal duit itu dikaitkan dengan persoalan dakwah dan persoalan ketakwaan yang berbau-bau agama. Padahal jelas-jelas Rasulullah berkata pada ‘Amar bin Ash, “Kuharap kau kembali membawa harta banyak.”
Hal itu bukan berarti Rasulullah materialistis. Tapi Rasulullah sadar betul bahwa perjuangan Islam membutuhkan biaya yang tidak ssedikit. Dalam sebuah perjuangan dibutuhkan biaya. Jer basuki mawa beya, kata falsafah Jawa. Tanpa harta yang memadai susah sekali kita menjaga muru’ah kita dalam berdakwah memperjuangkan agama Islam. Ya. Bagaimana kita bisa menjaga muru’ah (kehormatan) Islam jika untuk membangun pesantren, membangun masjid, dan membangun sarana-sarana infrastruktur Islam dengan cara, maaf, “mengemis-ngemis”. Sepatutnya kita prihatin dan malu, betapa banyak saudara-saudara kita seiman yang “mengemis-ngemis” di teriman-terminal, di bus-bus, di kereta api, bahkan ada yang door to door untuk membangun sarana ibadah. Mereka jual murah ayat-ayat Allah dengan kocek-kocek recehan. Murah sekali harga diri kita! Padahal Rasulullah tidak pernah mengajari kita “mengemis-ngemis”, untuk membangun masjid sekalipun. “Seorang pemberi itu lebih baik ketimbang meminta-minta.” Sabda Rasulullah lantang.
Uang atau harta itu penting agar kita bisa beribadah dengan tenang. Bagaimana Anda bisa shalat dengan tenang kalau perut Anda lapar, kalau anak Anda menangis terus minta susu, sementara Anda tak kuat membelinya. Bagaimana Anda bisa bersedekah, menyantuni fakir miskin, berhaji ke baitullah dan menyekoahkan anak Anda untuk menuntut ilmu kalau Anda tak punya uang sama sekali, tak punya harta sama sekali.
Kaya itu lebih enak, karena itulah jangan miskin, apalagi suka miskin. Apa sih enaknya jika Anda miskin? Menjadi miskin itu berat. Berbicara tidak dihargai. Ada barang tetangga hilang dituduh mencuri. Dolan ke rumah tetangga disangka minta sumbangan. Menghadiri kondangan dikira mencari makanan. Begitu seterusnya. Karena itulah, mulai saat ini, katakana pada diri Anda bahwa Anda tidak boleh miskin. Anda harus kaya. Umat Islam harus kaya. Yang kaya tapi berwibawa. Yang kaya tapi bersahaja. Yang kaya tapi bertakwa. Yang kaya tapi dermawan. Itulah yang dicontohkan Rasulullah dan nabi-nabi terdahulu, seperti Nabi Ayyub, Sulaiman, Ibrahim, dan Yusuf, semuanya kaya.
Jadi tak ada salahnya jika kita memupuk kekayaan sebanyak-banyaknya, asalkan disertai niat tulus dan cara yang halal dalam memperolehnya. Sebab, harta kekayaan amat sangat berguna untuk menopang hidup dan ibadah kita. Bukankah dengan kelebihan harta, kita bisa lebih mantap menepaki jalan Allah? Dalam konteks inilah Rasulullah Saw bersabda, “uang itu hijau dan lezat (seperti buah yang masak), maka bagi siapa yang mengambilnya dengan benar, niscaya ia menjadi ertolongan besar baginya!” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Subhanallah! Realistis sekali sabda Rasulullah itu, uang sangat memikat hati siapa pun. Tidak pebisnis, tidak pegawai/ karyawan, tidak presiden, tidak rakyat jelata, tidak gali, tidak juga kiai. Semua butuh uang. Semua senang kalau diberi uang. Semua senang melihat uang. Benar, uang itu lezat. Uang itu hijau, segar, dan membutakan mata siapa saja (yang tidak beriman). Anda mungkin pernah mendengar istilah, “uang bikin mata orang hijau.” Itulah uang, sekali kita tak tahu ilmu menaklukkannya, kita akan dihajar habis-habisan.
Karena itu, ambillah uang itu dengan benar. Ketahui ilmunya. Miliki kecerdasan uang atau kecerdasan finansial. Siapa pun Anda harus paham itu. Ingat, uang tak kenal siapa tuannya. Uang tak pandang bulu. Uang tak kenal iman. Ia bisa merayu siapa saja. Ia bisa menggoda siapa saja. Pelajari seni menaklukkannya, dan gaetlah ia dengan benar. Sebab, ketika Anda mampu menaklukkannya dan menggaetnya dengan benar, kata Rasul, “Anda akan memperoleh pertolongan yang besar!”
Sama sekali tidak ada kebohongan dalam sabda Rasul itu. Uang yang diraih dengan benar dan halal, apalagi dalam jumlah yang berlimpah, ia akan mendatangkan pertolongan yang besar. Anda bisa membayar seluruh hutang Anda. Hidup Anda memjadi lebih tenang. Anda bisa membahagiakan istri, anak, keluarga, dan sahabat-sahabat Anda. Anda bisa berinfak dan bersedekah. Anda bisa membangun pesantren Anda, membangun panti asuhan anda, membangun masjid Anda tanpa harus mengemis dengan menjual ayat-ayat Allah di bus-bus maupun di jalan-jalan. Anda akan memperoleh kewibawaan, kehormatan, dan dicintai banyak orang. Sesungguhya Islam itu mulia dan elegan, maka harus ditegakkan dengan cara-cara yang mulia dan elegan pula. Jangan sebaliknya.
Kalau anda miskin, bagaiman Anda bisa berdakwah dengan mulia dan elegan. Mungkin hati Anda memang baik, mulia, dan mau berdakwah dalam arti sesungguhnya, tapi karena Anda miskin, bagaimana sikap orang terhadap dakwah Anda: “Ah… ujung-ujungnya paling-paling mau minta sumbangan untuk membangun masjid dan pesantren,” kata mereka menggerutu. Tapi coba kalau Anda kaya raya. Materi Anda sudah melimpah karena bisnis Anda yang pesat, kemudian Anda mau berdakwah, bersahaja pula, orang-orang pasti takzim pada Anda. Subhanallah.
Mengingat begitu urgennya uang dan harta, wajar sekali bila Rasulullah Saw terbiasa memohon rakmat Allah berupa rizki yang cukup dan memohon perlindungan Allah dari kemiskinan. Dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Abu Dawud dan ImamAhmad, disebutkan bahwa Rasulullah selalu berdoa memohon perlindungan dari kemiskinan dan kekufuran sebanyak tiga kali setiap matahari terbit dan terbenam. Doa Rasulullah: “Duhai Allah! Aku memohon perlindungan-Mu dari kemiskinan dan kekufuran. Aku juga memohon perlindungan-Mu dari siksa kubur. Tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Engkau, ya Allah.” Bukan cuma itu doa Rasulullah, menurut riwayat Imam Muslim, beliau sebelum tidur selalu menutup hari dengan membaca dia sebagai berikut: “Ya Allah! Lunasilah hutang-hutangku dan jauhkanlah aku dari kemiskinan.”
Dalam cara pandang sebagaimana saya (Ustadz Rich) ilustrasikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ssesungguhnya, spirit yang bisa kita tangkap dari ajaran Rasulullah ialah, hendaknya kita berani kaya dan berani meniti jalan-Nya (bertakwa). Siapkah Anda menggunakan spirit itu dalam kehidupan anda? Insya Allah!
Buletin Jumat Motivasi Pesantren-Bengkel Akhlak “Ikhwah Rasulullah”
Edisi :
Oleh : Ustadz Rich, Phd. (Penulis Buku Megabestseller Rasulullah’s Busines School)
Alamat : Jl. Patemon Raya No. 18A Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah
Telp : 024-86455511
Email : ikhwahrasul@yahoo.com
Website : www.ikhwahgroup.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan pesan dengan kata-kata yang baik dan sopan, terima kasih.