4 Indikator Orang Beriman
Dalam kesempatan ini marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat meninggalkan sejenak segala kegiatan dan kesibukan untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Iman adalah sesuatu yang abstrak (bathiniyah), tetapi iman punya indicator/ ciri-ciri yang Nampak, yaitu :
1. Mengamalkan Islam;
2. Mempelajari Islam;
3. Menyebarluaskan Islam;
4. Sabar.
Hal ini bisa kita lihat dalam surat pendek yang sangat popular, yakni surat Al Ashr (103): 1-3 yang artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Ayat di atas merupakan pengertian yang dapat kita ambil bahwa da 4 (empat) cirri-ciri yang nampak pada orang yang beriman, yaitu :
1. Mengamalkan Islam
Tidak benar dikatakan orang itu imannya kuat tetapi shalat Shubuhnya kesiangan, karena shalat merupakan ukuran iman dan Islam seseorang. Maka dengan pengalaman Islam yang baik merupakan proses untuk menebalkan iman. Iman bisa menebal dan juga bisa menipis, tergantung dari perbuatannya. Iman bertambah kuat karena amaliyah yang maksimal di bulan-bulan tertentu, seperti : bulan Rajab seperti sekarang ini karena bulan Rajab termasuk salah satu 4 (empat) bulan yang dimuliakan Allah SWT.
Bulan Rajab adalah bulan mulia, maka barangsiapa berpuasa di bulan Rajab dan menghidupkan mulai malam pertama dengan beribadah, seperti : shalat tahajud, shalat tasbih, dan lain-lain, maka Allah SWT akan melimpahkan kebaikan yang sangat banyak dengan amaliyah yang baik dapat menemukan kepuasan batin. Dengan senantiasa berdoa dan memohon ampun kepada-Nya maka insya Allah dosa-dosa kita akan diampuni oleh-Nya. Sebaliknya iman akan menipis manakala sering melakukan perbuatan maksiat.
2. Mempelajari Islam
Tidak benar dikatakan imannya kuat manakala tidak mau belajar Islam, dengan ilmu insya Allah akan menemukan keyakinan Islam yang penuh. Oleh karena itu, dalam belajar tentang Islam jangan setengah-setengah, Islam mesti dimaknai secara kaffah. Orang tidak mau menerima Islam karena tidak mau mendengarkan Al Quran dan tidak mau berkata jujur. Allah berfirman dalam surat Al Mulk (67): 10 yang artinya : “Dan mereka berkata : Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”
Terkadang manusia memperoleh informasi dari persinternasional tertentu bahwa Islam adalah revolusi, atau barangkali dalam memahami Islam hanya dari cerita yang tidak jujur. Contoh : Abu Jahal sebenarnya tahu bahwa agama yang dibawa oleh Rasulullah adalah benar, tetapi karena dia gengsi maka dia tidak mau menerima kebenaran tersebut. Dengan demikian, nyatalah bahwa ilmu agama merupakan nikmat karunia Allah yang amat besar.
Agama Islam diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah dengan misi menanamkan keimanan (aqidah), karena dengan keimanan akan mampu melahirkan kasih dan sayang di antara semua. Di sisi lain juga membekali dengan “ilmu” karena ilmu, manusia dapat memperoleh keyakinan, kemuliaan, dan derajat di sisi Allah SWT, sebagaimana firman Allah yang artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu : “Berlapanglah-lapanglah dalam majelis,” maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadilah [58]: 11)
Juga dalam masalah ibadah, bagi orang-orang yang berilmu maka ibadahnya akan jauh lebih sempurna disbanding orang-orang yang bodoh , hal ini lantaran orang-orang yang berilmu lebih memahami dasar dan tujuan serta pengertian ibadah yang dilakukannya, sehingga kemantapan dan keyakinan ibadahnya lebih sempurna dan tidak mudah begitu saja diombang-ambingkan oleh rasa was-was yang berlebihan.
3. Menyebarluaskan Islam (amar makruf nahi mungkar)
Tidak benar dikatan imannya kuat jika melihat istri dan anak-anaknya tidak menjalankan shalat tetapi justru dibiarkan. Salah satu jalan menuju keimanan adalah amar makruf nahi mungkar, yaitu memerintahkan atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan mungkar dan maksiat. Mengajak kebaikan dan mencegah seseorang dari berbuat mungkar merupakan usaha usaha untuk menguatkan iman, sebaliknya jika tidak ada amar makruf nahi mungkar maka iman akan tertutup oleh kemaksiatan. Rasululah saw bersabda yang artinya : “Barangsiapa di antara kalian yang melihat suatu kemngkaran, maka hendaklah ia merubahna dengan tangannya. Jika tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka hendaklah dengan hatinya, karena yang demikian itu iman yang paling lemah.” (HR. Muslim)
Saat ini kita hidup di era modern, zaman yang serba gemerlap, banyak sekali orang yang hanya mementingkan kehidupan dunia saja. Jika sudah demikian, maka sudah tentu banyak orang yang akhirnya terjerumus ke lembah dosa, padahal mereka tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan dosa. Suasana seperti inilah yang mengharuskan kita untuk beramar makruf nahi mungkar sebagai upaya untuk menebar kebaikan dan membendung kemaksiatan agar tidak semakin merajalela. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran (3): 104 yang artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajian, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
4. Sabar
Tidak benar orang dikatakan imannya kuat tetapi mudah marah, karena marah merupakan cermin dari orang yang imannya kurang kuat. Rasulullah saw bersabda yang maksudnya :
“Kamu jangan marah (diulang oleh Rssulullah sampai 3 kali), karena marah tidak ada manfaatnya, bahkan membawa madharat bagi orang lain." Ada ulama yang mengatakan bahwa awal marah seperti orang gila dan akhirnya dia akan menyesal, misalnya : marah kepada anak lalu memukul, kemudian si anak masuk rumah sakit sehingga menghabiskan biaya besar dan akhirnya menyesal.
Di samping itu, manusia harus sabar dalam menghadapi 3 (tiga) hal, yakni : 1) Sabar dalam menghadapi bencana; 2) Sabar berbuat taat; 3) Sabar dalam menjauhi perbuatan maksiat. Ibnu Mubarok pernah berkata : “Bencana itu satu, jika orang yang terkena bencana itu bersusah hati maka hakekatnya bencana itu menjadi dua, yaitu : bencana itu sendiri dan hilangnya pahala bersabar.” Begitu juga dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi perbuatan maksiat dengan sabar dan ikhlas, maka Allah akan selalu menyertai mereka yang senantiasa bersabar.
Semoga kita termasuk golongan orang yang beriman, karena mereka adalah orang-orang yang telah dijanjikan oleh Alah dengan kehidupan yang penuh kenikmatan dan rahmat yaitu “surga”. Amin.
Buletin Jumat Al-Wustho
Edisi : 712
Tanggal : 1 Juni 2012 M / 11 Rajab 1433 H
Oleh : Drs. H. Ali Mu’thi Abror (Ketua KBIH “MULTAZAM”)
Penerbit : Takmir Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima Semarang
Alamat : Menara Masjid Raya Baiturrahman Jl. Pandanaran No. 126 Simpanglima, Semarang, Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan pesan dengan kata-kata yang baik dan sopan, terima kasih.