Apakah mereka hanya berfikir dia bernyanyi, beraksi di atas panggung, dan nantinya dapat komisi? Saya rasa tidak. Dan apakah mereka berdalih itu semua mereka lakukan atas permintaan, desakan para penonton dan mengatasnamakan seni? Picik sekali pemikiran mereka. OK, kalau mereka “bergoyang sedemikian rupa”, fine jika yang menonton itu orang dewasa semua. Nah, kalau ada anak kecil? Tidaklah bermoral mereka (penyanyi) itu. Malah mereka dengan sengaja bergoyang serta mendekati ke arah anak-anak kecil tersebut dengan terus dan terus bergoyang (berita TV).
“Innalillahi, Astagfirullah”, saya ucapkan untuk moralitas mereka mereka. Mengapa saya ucapkan begitu? Ya, mereka acuh tak acuh terhadap norma susila, norma hokum, bahkan norma agama. Di mana pemerintah, di mana kepolisian, di mana aksi masyarakat terhadap erotisme yang menyertai, membonceng dangdut? Bagaimana kepolisian membiarkan hal tersebut? Ayo pemerintah, ayo kepolisian Indonesia jangan diberi izin bagi acara-acara yang terindikasi ada erotisme di dalamnya. Bubarkan acara yang mengandung erotisme walau mungkin banyak penonton yang kecewa marah kepada kepolisian, tangkap pelaku erotisme, tangkap dan atau denda bagi penyelenggara karena hal tersebut sudah termasuk perkara yang meresahkan masyarakat.
Selain karena erotisme, yang saya sayangkan dari kebanyakan penyanyi, kebanyakan acara TV bahkan show antar desa,banyak lagu aliran pop itu dipaksa didangdutkan padahal kedengarannya kurang pantas kurang enak didengar
Opini ini saya buat bukan semata-mata saya tidak suka dangdut, bahkan sebaliknya saya menyukainya. Semoga para insan dangdut tetap jaya di hati masyarakat di Indonesia bahkan dunia. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan pesan dengan kata-kata yang baik dan sopan, terima kasih.