Sabtu, 09 Februari 2013

Sinetron Tukang Bubur Naik Haji

Bagaimana ini Sinetron Tukang Bubur Naik Haji


Sinetron kedua yang saya komentari adalah sinetron yang berjudul “Tukang Bubur Naik Haji” yang ditayangkan stasiun televisi swasta RCTI.

Pada awal penayangannya (“beberapa” episode awal) semuanya pada kagum dan suka sama alur cerinya termasuk saya (penulis) beserta keluarga besar saya. Namun lama-kelamaan cerinya ngelantur ke sana kemari (sudah diduga dari awal karena sudah tahu karakteristik sinetron Indonesia) jadinya ingin muntah saja rasanya. Banyak yang awalnya suka jadi tidak suka, ini terlihat di beberapa media online baik blog maupun social media.

Beberapa kasus umum pada sinetron sebagai berikut :
  1. Sinetron ini sama seperti kebanyakan sinetron yang diputar sekarang ini. Apa itu? Ya, penayangannya yang tiap hari menghias layar kaca. Bosan deh ah.
  2. Karena penayangannya tiap hari, pastilah kegiatan syutting juga tiap hari alias stripping. Ini mempengaruhi kesehatan para pemain sinetron dan kru film tentunya.
  3. Karena harus kejar deadline, maka naskah cerita harus update terus, ini mempengaruhi kualitas alur cerita yang akan diambil, mungkin penulis skenario asal-asalan menulis “yang penting asal jadi.”
  4. Ceritanya mudah sekali ditebak. Pasti setelah adegan begini nanti lanjutnya begini....eh benar. Ini menurut saya kualitas ceritanya rendah sekali karena mudah ditebak.

Dan beberapa kasus khususnya pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji sebagai berikut :
  1. Waduuh, episodenya sampai 200-an lebih coi....apa nggak bosan tuh ngelihat tiap hari.
  2. Semenjak sinetron Separuh Aku hilang dari peredaran....jam penayangan setiap harinya bertambah dari 1 jam menjadi 3 jam (pukul 19:00 – 22:00 WIBB) tambah gila dan stress tuh kalau kamu lihat acaranya.
  3. Seperti sinetron lainnya, setiap ada acara penting hari besar suatu agama dan hari-hari penting di kalender nasional, pasti alur cerita dibawa ke arah sana.
    Contoh :
    • Belum lama ini, hari Natal dan tahun baru. Untuk setting hari Natal seingat saya tidak ada pemain baru atau setting alur ke arah sana, namun pas tahun baru, ada setting alur meniut terompet dan menyalakan kembang api.
    • Beberapa episode terakhir ini, untuk memperingati hari Imlek yang jatuh pada tanggal 10 Pebruari, maka setting alur ceritanya dimasukkanlah pemain berketurunan Cina sebagai warga baru di lingkungan desa tersebut.
    Ket : saya bukan bermaksud membedakan/ menyinggung tentang agama (SARA), saya hanya melihat kenyataan yang ada pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji.
  4. Seperti sinetron lainnya juga, kalau ada pemain yang pergi (tidak terlihat lagi dalam alur cerita) maka akan ada pemain baru yang masuk dengan membawa cerita lain, sehingga cerita akan semakin melebar, tidak ada fokus cerita.
    Contoh :
    • Pak Haji Sulam (Mat Solar) lama tidak kelihatan (asumsi saya mungkin dia lagi ada keperluan sehingga tidak bisa syutting) dan diceritakan lagi jualan bubur di Mekkah (mana ada jual bubur hangat-hangat di Mekkah?, ngaco kali ya ceritanya.) Digantikan Haji Sutimin yang diceritakan Haji Sutimin dimintai tolong Haji Sulam mengantarkan sesuatu dari Mekkah, masuklah Haji Sutimin dalam cerita.
    • Muncullah Mbah Suroso si ahli ramal, dengan dalih itu pada cerita dimasukkanlah teman Rum (anak Haji Muhidin, pak haji RW) saat belajar di Kairo, Mesir. Kemudian Mbah Suroso dihilangkan. Menurut saya karakter Mbah Suroso hanya pemancing untuk memunculkan teman Rum ini (maaf, saya tidak hafal betul nama-nama yang ada di sinetron tersebut).

Ini hanya sekedar opini dari saya. Bila ada pihak yang kurang senang, saya mohon maaf. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan pesan dengan kata-kata yang baik dan sopan, terima kasih.